Pengaruh
Media Tanam
Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Kedelai
Laporan penelitian
ini disusun untuk memenuhi Tugas Biologi
Bab Pertumbuhan
dan Perkembangan Tumbuhan
Disusun oleh :
Chafid Abdulloh Zaen (XII IPA 2 / 7).
Muhammad Irfan Noor Alif (XII IPA 2 / 18).
Rio Qurniawan (XII IPA 2 / 23).
Wiranggit Prihardhani (XII IPA 2 / 29).
SMA NEGERI 2
PURWOREJO
2011 / 2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah.
Dewasa ini, persaingan
global semakin ketat. Hal ini dibuktikan dengan kalah saingnya kedelai produk
Indonesia dengan kedelai produk luar negeri terutama produk Amerika Serikat.
Hal ini sangat memprihatinkan, karena Indonesia yang notabenenya termasuk
negara agraris, yang berarti negara yang mempunyai tanah yang subur dan
penyinaran matahari yang baik bisa kalah atau tersaingi dengan Amerika Serikat.
Salah satu penyebab
kalah saingnya kedelai produk Indonesia terletak pada kualitas kedelai yang
buruk, jika dibandingkan dengan kedelai produk luar negeri yang berukuran jumbo
dan mempunyai warna yang lebih sehat (putih bersih). Sedangkan kedelai produk
Indonesia berukuran kecil-kecil dan warnanya yang agak kusam atau pucat. Penyebab
lainnya adalah waktu panen kedelai produk Indonesia yang lebih lama jika
dibandingkan dengan kedelai produk luar negeri.
Faktor rentang waktu
pertumbuhan tanaman kedelai dari mulai ditanam hingga panen ditentukan oleh
kecepatan pertumbuhan tanaman kedelai itu sendiri. Sedangkan salah satu faktor
yang mempengaruhi kecepatan pertumbuhan adalah media tanam atau medium tanam.
Oleh karena itulah, kami mengadakan sebuah penelitian yang cukup sederhana
tentang pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan tanaman, khususnya tanaman
kedelai.
B.
Tujuan Penelitian.
Untuk
mengetahui pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan tanaman kedelai.
C. Manfaat
Penelitian.
Untuk lebih menambah
pemahaman dan wawasan tentang pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan
tanaman, khususnya tanaman kedelai.
D.
Rumuasan Masalah.
Apakah ada pengaruh
media tanam terhadap pertumbuhan tanaman kedelai?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian
Pustaka.
Pertumbuhan
diartikan sebagai suatu proses pertambahan ukuran atau volume serta jumlah sel
secara irreversible, yaitu tidak dapat kembali ke bentuk semula. Pertumbuhan
disebabkan oleh adanya pembelahan sel (pertambahan jumlah sel) dan oleh adanya
pembesaran sel (pertambahan ukuran sel). Pertumbuhan bersifat kuantitatif,
yaitu dapat diukur menggunakan alat Auksanometer. Pertumbuhan tumbuhan
berlangsung sepanjang hidupnya.
Perkembangan
adalah suatu proses menuju keadaan yang lebih dewasa atau terspesialisasinya
sel-sel menuju ke struktur dan fungsi tertentu atau proses perubahan bentuk
(morfogenesis). Perkembangan ditandai dengan adanya kemampuan untuk berkembang
biak. Perkembangan bersifat kualitatif, hanya bisa diukur dari perubahan bentuk
dan tingkat kedewasaan.
Pertumbuhan
dan perkembangan selalu berjalan bersamaan. Terdapat tiga jenis fase
pertumbuhan dan perkembangan, yaitu fase pembelahan sel, fase pembesaran ukuran
sel, dan fase deferensiasi sel.
Pertumbuhan
dan perkembangan awal dari tumbuhan berbiji dimulai dari biji. Potensi biji
untuk tumbuh menjadi individu baru, yaitu embrio dan cadangan makanan. Embrio
terdiri dari: radikula (embrio akar), plumula (embrio daun), epikotil (embrio
pucuk), dan hipokotil (embrio batang).
Perkecambahan
(Germinasi).
Perkecambahan
merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan embrio atau munculnya plantula
(tumbuhan kecil dari dalam biji). Perubahan embrio saat perkecambahan umumnya
adalah radikula tumbuh dan berkembang menjadi akar, selanjutnya plumula tumbuh
dan berkembang menjadi batang dan daun.
Berdasarkan
letak kotiledon pada saat berkecambah, dikenal dua macam tipe perkecambahan,
yaitu hipogeal dan epigeal.
a.
Perkecambahan
Hipogeal.
Terjadi
pertumbuhan memanjang dari epikotil yang menyebabkan plumula keluar menembus
kulit biji dan muncul di atas tanah. Kotiledon tetap berada di dalam tanah.
b.
Perkecambahan
Epigeal.
Terjadi
pertumbuhan memanjang dari hipokotil yang menyebabkan plumula dan kotiledon terdorong
ke permukaan tanah. Kotiledon berada di atas tanah.
Proses
germinasi di mulai ketika biji menyerap air (imbibisi). Air menyebabkan
pecahnya lapisan luar biji dan mendorong hormon & enzim aktif bekerja.
Enzim akan mengambil oksigen untuk metabolisme sel, sehingga berlangsung proses
oksidasi makanan dalam endosperm (kotiledon) biji hasil pertumbuhan biji.
Tahap-tahap
dalam germinasi:
a.
Imbibisi.
b. Sekresi hormon giberelin dan enzim
amilase.
c. Hidrolisis cadangan makanan.
d. Pengiriman bahan makanan dan hormon ke
titik tumbuh.
e.
Asimilasi
(fotosintesis).
Pertumbuhan pada
tumbuhan dibedakan menjadi: Pertumbuhan primer dan Pertumbuhan sekunder. Proses
pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar.
Faktor dalam meliputi sifat genetik yang ada di dalam gen dan hormon yang
merangsang pertumbuhan. Sedangkan faktor dari luar meliputi nutrien, air,
cahaya, suhu udara, oksigen, kelembaban, dan media tanam.
Apa itu Kedelai?
Kedelai dikenal dengan
berbagai nama: sojaboom, soja, soja bohne, soybean,
kedele, kacang ramang, kacang
bulu, kacang gimbol, retak mejong, kaceng bulu, kacang
jepun, dekenana, demekun, dele, kadele, kadang jepun, lebui
bawak, lawui, sarupapa tiak, dole, kadule, puwe mon, kacang kuning
(aceh) dan gadelei. Berbagai
nama ini menunjukkan bahwa kedelai telah lama dikenal di Indonesia.Kedelai merupakan terna dikotil semusim dengan percabangan sedikit,
sistem perakaran akar tunggang, dan batang berkambium. Kedelai dapat berubah
penampilan menjadi tumbuhan setengah merambat dalam keadaan pencahayaan rendah.
Kedelai, khususnya kedelai putih dari daerah subtropik, juga merupakan tanaman
hari-pendek dengan waktu kritis rata-rata 13 jam. Ia akan segera
berbunga apabila pada masa siap berbunga panjang hari kurang dari 13 jam. Ini
menjelaskan rendahnya produksi di daerah tropika, karena tanaman terlalu dini
berbunga.
Biji kedelai berkeping dua, terbungkus kulit biji dan tidak
mengandung jaringan endospperma. Embrio terletak di antara keping biji. Warna
kulit biji kuning, hitam, hijau, coklat. Pusar biji (hilum) adalah jaringan
bekas biji melekat pada dinding buah. Bentuk biji kedelai umumnya bulat lonjong
tetapai ada pula yang bundar atau bulat agak pipih.
Biji kedelai yang kering akan berkecambah bila memperoleh
air yang cukup. Kecambah kedelai tergolong epigeous, yaitu keping biji muncul
diatas tanah. Warna hipokotil, yaitu bagian batang kecambah dibawah kepaing,
ungu atau hijau yang berhubungan dengan warna bunga. Kedelai yang berhipokotil
ungu berbunga ungu, sedang yang berhipokotil hijau berbunga putih. Kecambah
kedelai dapat digunakan sebagai sayuran (tauge).
Tanaman kedelai mempunyai akar tunggang yang membentuk
akar-akar cabang yang tumbuh menyamping (horizontal) tidak jauh dari permukaan
tanah. Jika kelembapan tanah turun, akar akan berkembang lebih ke dalam agar
dapat menyerap unsur hara dan air. Pertumbuhan ke samping dapat mencapai jarak
40 cm, dengan kedalaman hingga 120 cm. Selain berfungsi sebagai tempat bertumpunya
tanaman dan alat pengangkut air maupun unsur hara, akar tanaman kedelai juga
merupakan tempat terbentuknya bintil-bintil
akar. Bintil
akar tersebut berupa koloni dari bakteri
pengikat nitrogen
Bradyrhizobium
japonicum yang bersimbiosis secara mutualis dengan kedelai.
Pada tanah yang telah mengandung bakteri ini, bintil akar mulai terbentuk
sekitar 15 – 20 hari setelah tanam. Bakteri bintil akar dapat mengikat nitrogen
langsung dari udara dalam bentuk gas N2 yang kemudian dapat
digunakan oleh kedelai setelah dioksidasi menjadi nitrat (NO3).
Kedelai berbatang dengan tinggi 30–100 cm. Batang dapat
membentuk 3 – 6 cabang, tetapi bila jarak antar tanaman rapat, cabang menjadi
berkurang, atau tidak bercabang sama sekali. Tipe pertumbuhan batang dapat
dibedakan menjadi terbatas (determinate),
tidak terbatas (indeterminate),
dan setengah terbatas (semi-indeterminate).
Tipe terbatas memiliki ciri khas berbunga serentak dan mengakhiri pertumbuhan
meninggi. Tanaman pendek sampai sedang, ujung batang hampir sama besar dengan
batang bagian tengah, daun teratas sama besar dengan daun batang tengah. Tipe
tidak terbatas memiliki ciri berbunga secara bertahap dari bawah ke atas dan
tumbuhan terus tumbuh. Tanaman berpostur sedang sampai tinggi, ujung batang lebih
kecil dari bagian tengah. Tipe setengah terbatas memiliki karakteristik antara
kedua tipe lainnya.
Bunga kedelai termasuk bunga sempurna yaitu setiap bunga
mempunyai alat jantan dan alat betina. Penyerbukan terjadi pada saat mahkota
bunga masih menutup sehingga kemungkinan kawin silang alami amat kecil. Bunga
terletak pada ruas-ruas batang, berwarna ungu atau putih. Tidak semua bunga
dapat menjadi polong walaupun telah terjadi penyerbukan secara sempurna.
Sekitar 60% bunga rontok sebelum membentuk polong.
Buah kedelai berbentuk polong. Setiap tanaman mampu
menghasilkan 100 – 250 polong. Polong kedelai berbulu dan berwarna kuning
kecoklatan atau abu-abu. Selama proses pematangan buah, polong yang mula-mula
berwarna hijau akan berubah menjadi kehitaman.
Pada buku (nodus)
pertama tanaman yang tumbuh dari biji terbentuk sepasang daun tunggal.
Selanjutnya, pada semua buku di atasnya terbentuk daun majemuk selalu dengan
tiga helai. Helai daun tunggal memiliki tangkai pendek dan daun bertiga
mempunyai tangkai agak panjang. Masing-masing daun berbentuk oval, tipis, dan
berwarna hijau. Permukaan daun berbulu halus (trichoma) pada kedua sisi. Tunas
atau bunga akan muncul pada ketiak tangkai daun majemuk. Setelah tua, daun
menguning dan gugur, mulai dari daun yang menempel di bagian bawah batang.
Zat apa saja yang dikandung tanah?
Beberapa
unsur hara yang dibutuhkan tanaman: Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O),
Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Belerang
(S), Besi (Fe), Mangan (Mn), Boron (B), Molibden (Mo), Tembaga (Cu), Seng (Zn)
dan Klor (Cl).
Unsur
hara tersebut tergolong unsur hara Essensial. Berdasarkan jumlah kebutuhannya
bagi tanaman, dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1.
Unsur
hara makro.
Unsur hara yang
diperlukan tanaman dalam jumlah besar. Unsur hara makro meliputi:
a. Nitrogen
(N).
-
Merangsang
pertumbuhan tanaman secara keseluruhan.
-
Merupakan
bagian dari sel (organ) tanaman itu sendiri.
-
Berfungsi
untuk sintesa asam amino dan protein dalam tanaman.
-
Merangsang
pertumbuhan vegetatif (warna hijau) seperti daun.
-
Tanaman
yang kekurangan unsur N gejalanya : pertumbuhan lambat/kerdil, daun hijau
kekuningan, daun sempit, pendek dan tegak, daun-daun tua cepat menguning dan
mati.
b.
Phospat (P).
-
Berfungsi untuk pengangkutan
energi hasil metabolisme dalam tanaman.
-
Merangsang pembungaan dan
pembuahan.
-
Merangsang pertumbuhan akar.
-
Merangsang pembentukan biji.
-
Merangsang pembelahan sel
tanaman dan memperbesar jaringan sel.
-
Tanaman yang kekurangan unsur P
gejaalanya : pembentukan buah/dan biji berkurang, kerdil, daun berwarna
keunguan atau kemerahan (kurang sehat).
-
c.
Kalium (K).
-
Berfungsi dalam proses
fotosintesa, pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan mineral termasuk air.
-
Meningkatkan daya tahan/kekebalan
tanaman terhadap penyakit.
-
Tanaman yang kekurangan unsur K
gejalanya : batang dan daun menjadi lemas/rebah, daun berwarna hijau gelap
kebiruan tidak hijau segar dan sehat, ujung daun menguning dan kering, timbul
bercak coklat pada pucuk daun.
2.
Unsur
hara mikro.
a.
Besi (Fe).
Besi
(Fe) merupakan unsure mikro yang diserap dalam bentuk ion feri (Fe3+) ataupun
fero (Fe2+). Fe dapat diserap dalam bentuk khelat (ikatan logam dengan bahan
organik). Mineral Fe antara lain olivin (Mg, Fe)2SiO, pirit, siderit (FeCO3),
gutit (FeOOH), magnetit (Fe3O4), hematit (Fe2O3) dan ilmenit (FeTiO3) Besi
dapat juga diserap dalam bentuk khelat, sehingga pupuk Fe dibuat dalam bentuk
khelat. Khelat Fe yang biasa digunakan adalah Fe-EDTA, Fe-DTPA dan khelat yang
lain. Fe dalam tanaman sekitar 80% yang terdapat dalam kloroplas atau
sitoplasma. Penyerapan Fe lewat daundianggap lebih cepat dibandingkan dengan
penyerapan lewat akar, terutama pada tanaman yang mengalami defisiensi Fe.
Dengan demikian pemupukan lewat daun sering diduga lebih ekonomis dan efisien.
Fungsi Fe antara lain sebagai penyusun klorofil, protein, enzim, dan berperanan
dalam perkembangan kloroplas. Sitokrom merupakan enzim yang mengandung Fe
porfirin. Kerja katalase dan peroksidase digambarkan secara ringkas sebagai
berikut:
-
Catalase : H2O + H2O O2 +
2H2O.
-
Peroksidase : AH2 + H2O A
+ H2O.
Fungsi
lain Fe ialah sebagai pelaksana pemindahan electron dalam proses metabolisme.
Proses tersebut misalnya reduksi N2, reduktase solfat, reduktase
nitrat. Kekurangan Fe menyebabakan terhambatnya pembentukan klorofil
dan akhirnya juga penyusunan protein menjadi tidak sempurna Defisiensi Fe
menyebabkan kenaikan kaadar asam amino pada daun dan penurunan jumlah ribosom
secara drastic. Penurunan kadar pigmen dan protein dapat disebabkan oleh
kekurangan Fe. Juga akan mengakibatkan pengurangan aktivitas semua enzim.
b.
Mangan (Mn).
Mangaan
diserap dalam bentuk ion Mn++. Seperti hara mikro lainnya, Mn dianggap dapat
diserap dalam bentuk kompleks khelat dan pemupukan Mn sering disemprotkan lewat
daun. Mn dalam tanaman tidak dapat bergerak atau beralih tempat dari logam yang
satu ke organ lain yang membutuhkan. Mangaan terdapat dalam tanah berbentuk
senyawa oksida, karbonat dan silikat dengan nama pyrolusit (MnO2), manganit
(MnO(OH)), rhodochrosit (MnCO3) dan rhodoinit (MnSiO3).
Mn
umumnya terdapat dalam batuan primer, terutama dalam bahan ferro magnesium. Mn
dilepaskan dari batuan karena proses pelapukan batuan. Hasil pelapukan batuan
adalah mineral sekunder terutama pyrolusit (MnO2) dan manganit (MnO(OH)). Kadar
Mn dalam tanah berkisar antara 300 smpai 2000 ppm. Bentuk Mn dapat berupa
kation Mn++ atau mangan oksida, baik bervalensi dua maupun valensi empat.
Penggenangan dan pengeringan yang berarti reduksi dan oksidasi pada tanah berpengaruh
terhadap valensi Mn. Mn merupakan penyusun ribosom dan juga mengaktifkan
polimerase, sintesis protein, karbohidrat. Berperan sebagai activator bagi
sejumlah enzim utama dalam siklus krebs, dibutuhkan untuk fungsi fotosintetik
yang normal dalam kloroplas,ada indikasi dibutuhkan dalam sintesis
klorofil.
Defisiensi
unsure Mn antara lain: pada tanaman berdaun lebar, interveinal chlorosis pada
daun muda mirip kekahatan Fe tapi lebih banyak menyebar sampai ke daun yang
lebih tua, pada serealia bercak-bercak warna keabu-abuan sampai kecoklatan dan
garis-garis pada bagian tengah dan pangkal daun muda, split seed pada tanaman
lupin.
c.
Seng (Zn).
Zn
diserap oleh tanaman dalam bentuk ion Zn++ dan dalam tanah alkalis mungkin
diserap dalam bentuk monovalen Zn(OH)+. Di samping itu, Zn diserap dalm bentuk
kompleks khelat, misalnya Zn-EDTA. Seperti unsure mikro lain, Zn dapat diserap
lewat daun. Kadr Zn dalam tanah berkisar antara 16-300 ppm, sedangkan kadar Zn
dalam tanaman berkisar antara 20-70 ppm. Mineral Zn yang ada dalam tanah antara
lain sulfida (ZnS), spalerit [(ZnFe)S], smithzonte (ZnCO3), zinkit (ZnO),
wellemit (ZnSiO3 dan ZnSiO4). Fungsi Zn antara lain : pengaktif enim anolase,
aldolase, asam oksalat dekarboksilase, lesitimase,sistein desulfihidrase,
histidin deaminase, super okside demutase (SOD), dehidrogenase, karbon
anhidrase, proteinase dan peptidase. Juga berperan dalam biosintesis auxin, pemanjangan
sel dan ruas batang.
Ketersediaan
Zn menurun dengan naiknya pH, pengapuran yang berlebihan sering menyebabkan
ketersediaaan Zn menurun. Tanah yang mempunyai pH tinggi sering menunjukkan
adanya gejala defisiensi Zn, terytama pada tanah berkapur.
Adapun
gejala defisiensi Zn antara lain : tanaman kerdil, ruas-ruas batang memendek,
daun mengecil dan mengumpul (resetting) dan klorosis pada daun-daun muda dan
intermedier serta adanya nekrosis.
d.
Tembaga (Cu).
Tembaga
(Cu) diserap dalam bentuk ion Cu++ dan mungkin dapat diserap dalam bentuk
senyaewa kompleks organik, misalnya Cu-EDTA (Cu-ethilen diamine tetra acetate
acid) dan Cu-DTPA (Cu diethilen triamine penta acetate acid). Dalam getah
tanaman bik dalam xylem maupun floem hampir semua Cu membentuk kompleks senyawa
dengan asam amino. Cu dalam akar tanaman dan dalam xylem > 99% dalam bentuk
kompleks.
Dalam
tanah, Cu berbentuk senyawa dengan S, O, CO3 dan SiO4 misalnya kalkosit (Cu2S),
kovelit (CuS), kalkopirit (CuFeS2), borinit (Cu5FeS4), luvigit (Cu3AsS4),
tetrahidrit [(Cu,Fe)12SO4S3)], kufirit (Cu2O), sinorit (CuO), malasit
[Cu2(OH)2CO3], adirit [(Cu3(OH)2(CO3)], brosanit [Cu4(OH)6SO4]. Kebanyakan Cu
terdapat dalam kloroplas (>50%) dan diikat oleh plastosianin. Senyawa ini
mempunyai berat molekul sekitar 10.000 dan masing-masing molekul mengandung satu
atom Cu. Hara mikro Cu berpengaruh pafda klorofil, karotenoid, plastokuinon dan
plastosianin. Fungsi dan peranan Cu antara lain : mengaktifkan enzim
sitokrom-oksidase, askorbit-oksidase, asam butirat-fenolase dan laktase.
Berperan
dalam metabolisme protein dan karbohidrat, berperan terhadap perkembangan
tanaman generatif, berperan terhadap fiksasi N secara simbiotis dan penyusunan
lignin.Adapun gejala defisiensi / kekurangan Cu antara lain : pembungaan dan
pembuahan terganggu, warna daun muda kuning dan kerdil, daun-daun lemah, layu
dan pucuk mongering serta batang dan tangkai daun lemah.
e.
Molibden (Mo).
Molibden
diserap dalam bentuk ion MoO4-. Variasi antara titik kritik dengan toksis
relatif besar. Bila tanaman terlalu tinggi, selain toksis bagi tanaman juga
berbahaya bagi hewan yang memakannya. Hal ini agak berbeda dengan sifat hara
mikro yang lain. Pada daun kapas, kadar Mo sering sekitar 1500 ppm. Umumnya
tanah mineral cukup mengandung Mo. Mineral lempung yang terdapat di dalam
tanah antara lain molibderit (MoS), powellit (CaMo)3.8H2O. Molibdenum (Mo)
dalam larutan sebagai kation ataupun anion. Pada tanah gambut atau tanah
organik sering terlihat adanya gejala defisiensi Mo.
Walaupun
demikian dengan senyawa organik Mo membentuk senyawa khelat yang melindungi Mo
dari pencucian air. Tanah yang disawahkan menyebabkan kenaikan ketersediaan Mo
dalam tanah. Hal ini disebabkan karena dilepaskannya Mo dari ikatan Fe (III)
oksida menjadi Fe (II) oksida hidrat. Fungsi Mo dalam tanaman adalah
mengaktifkan enzim nitrogenase, nitrat reduktase dan xantine oksidase. Gejala
yang timbul karena kekurangan Mo hampir menyerupai kekurangan N.
Kekurangan
Mo dapat menghambat pertumbuhan tanaman, daun menjadi pucat dan mati dan
pembentukan bunga terlambat. Gejala defisiensi Mo dimulai dari daun tengah dan
daun bawah. Daun menjadi kering kelayuan, tepi daun menggulung dan daun
umumnya sempit. Bila defisiensi berat, maka lamina hanya terbentuk sedikit
sehingga kelihatan tulang-tulang daun lebih dominan.
f.
Boron (B).
Boron
dalam tanah terutama sebagai asam borat (H2BO3) dan kadarnya berkisar antara
7-80 ppm. Boron dalam tanah umumnya berupa ion borat hidrat B(OH)4-. Boron yang
tersedia untuk tanaman hanya sekitar 5%dari kadar total boron dalam tanah.
Boron ditransportasikan dari larutan tanah ke akar tanaman melalui proses
aliran masa dan difusi. Selain itu, boron sering terdapat dalam bentuk senyawa
organik. Boron juga banyak terjerap dalam kisi mineral lempung melalui proses
substitusi isomorfik dengan Al3+ dan atau Si4+. Mineral dalam tanah yang
mengandung boron antara lain turmalin (H2MgNaAl3(BO)2Si4O2)O20 yang mengandung
3%-4% boron.
Mineral
tersebut terbentuk dari batuan asam dan sedimen yang telah mengalami
metomorfosis. Mineral lain yang mengandung boron adalah kernit (Na2B4O7.4H2O),
kolamit (Ca2B6O11.5H2O), uleksit (NaCaB5O9.8H2O) dan aksinat. Boron diikat kuat
oleh mineral tanah, terutama seskuioksida (Al2O3 + Fe2O3).
Fungsi
boron dalam tanaman antara lain berperanan dalam metabolisme asam nukleat,
karbohidrat, protein, fenol dan auksin. Di samping itu boron juga berperan
dalam pembelahan, pemanjangan dan diferensiasi sel, permeabilitas membran, dan
perkecambahan serbuk sari. Gejal defisiensi hara mikro ini antara lain :
pertumbuhan terhambat pada jaringan meristematik (pucuk akar), mati pucuk (die
back), mobilitas rendah, buah yang sedang berkembang sngat rentan, mudah
terserang penyakit.
g.
Klor(Cl).
Klor
merupakan unsure yang diserap dalam bentuk ion Cl- oleh akar tanaman dan dapat
diserap pula berupa gas atau larutan oleh bagian atas tanaman, misalnya daun.
Kadar Cl dalam tanaman sekitar 2000-20.000 ppm berat tanaman kering. Kadar Cl
yang terbaik pada tanaman adalah antara 340-1200 ppm dan dianggap masih dalam
kisaran hara mikro. Klor dalam tanah tidak diikat oleh mineral, sehingga sangat
mobil dan mudah tercuci oleh air draiinase.
Sumber
Cl sering berasal dari air hujan, oleh karena itu, hara Cl kebanyakan bukan
menimbulkan defisiensi, tetapi justru menimbulkan masalah keracunan tanaman.
Klor berfungsi sebagai pemindah hara tanaman, meningkatkan osmose sel, mencegah
kehilangan air yang tidak seimbang, memperbaiki penyerapan ion lain,untuk
tanaman kelapa dan kelapa sawit dianggap hara makro yang penting. Juga berperan
dalam fotosistem II dari proses fotosintesis, khususnya dalam evolusi oksigen. Adapun
defisiensi klor adalh antara lain : pola percabangan akar abnormal, gejala
wilting (daun lemah dan layu), warna keemasan (bronzing) pada daun, pada
tanaman kol daun berbentuk mangkuk.
Pasir.
Bahan anorganik adalah bahan dengan kandungan unsur mineral
tinggi yang berasal dari proses pelapukan batuan induk di dalam bumi. Proses
pelapukan tersebut diakibatkan oleh berbagai hal, yaitu pelapukan secara fisik,
biologi-mekanik, dan kimiawi.
Berdasarkan bentuk dan ukurannya, mineral yang berasal dari
pelapukan batuan induk dapat digolongkan menjadi 4 bentuk, yaitu kerikil atau
batu-batuan (berukuran lebih dari 2 mm), pasir (berukuran 50 /-1- 2 mm), debu
(berukuran 2-50u), dan tanah liat (berukuran kurang dari 2ju. Selain itu, bahan
anorganik juga bisa berasal dari bahan-bahan sintetis atau kimia yang dibuat di
pabrik.
Beberapa media anorganik yang sering dijadikan sebagai media
tanam yaitu gel, pasir, kerikil, pecahan batu bata, spons, tanah liat,
vermikulit, dan perlit.Pasir sering digunakan sebagai media tanam alternatif
untuk menggantikan fungsi tanah. Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan sesuai
jika digunakan sebagai media untuk penyemaian benih, pertumbuhan bibit tanaman,
dan perakaran setek batang tanaman. Sifatnya yang cepat kering akan memudahkan
proses pengangkatan bibit tanaman yang dianggap sudah cukup umur untuk
dipindahkan ke media lain.
Sementara bobot pasir yang cukup berat akan mempermudah
tegaknya setek batang. Selain itu, keunggulan media tanam pasir adalah
kemudahan dalam penggunaan dan dapat meningkatkan sistem aerasi serta drainase
media tanam. Pasir malang dan pasir bangunan merupakan Jenis pasir yang sering
digunakan sebagai media tanam.
Oleh karena memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori
makro) maka pasir menjadi mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan.
Kohesi dan konsistensi (ketahanan terhadap proses misahan) pasir sangat kecil
sehingga mudah terkikis oleh air atau angin. Dengan demikian, media pasir lebih
membutuhkan pengairan dan memupukan yang lebih intensif. Hal tersebut yang
menyebabkan pasir jarang digunakan sebagai media tanam secara tunggal.
Penggunaan pasir seoagai media tanam sering dikombinasikan
dengan campuran bahan anorganik lain, seperti kerikil, batu-batuan, atau bahan
organik yang disesuaikan dengan jenis tanaman.
Pasir pantai atau semua pasir yang berasal dari daerah yang
bersersalinitas tinggi merupakan jenis pasir yang harus dihindari untuk digunakan
sebagai media tanam, kendati pasir tersebut sudah dicuci terlebih dahulu. Kadar
garam yang tinggi pada media tanam dapat menyebabkan tanaman menjadi merana.
Selain itu, organ-organ tanaman, seperti akar dan daun, juga memperlihatkan
gejala terbakar yang selanjutnya mengakibatkan kematian jaringan (nekrosis).
B. Hipotesis.
Ada pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan tanaman
kedelai.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Populasi
dan Sampel.
1. Populasi:
tanaman
kedelai.
2. Sampel:
12 tanaman
kedelai.
B.
Variabel Penelitian.
1. Variabel
manipulasi: media
tanam.
2. Variabel
respons: pertambahan
tinggi.
3. Variabel
kontrol: cahaya,
air, suhu, kelembaban.
C.
Rancangan Penelitian.
1. Polibek 1 – 3 : tanah.
2. Polibek 4 – 6 : pasir.
3. Polibek 7 – 9 : tanah dan pasir dengan perbandingan sama rata.
4. Polibek 9 – 12 : merang.
D.
Alat dan Bahan
Penelitian.
Alat.
1.
|
Polibek 12 buah.
|
2.
|
Pot besar 1 buah.
|
3.
|
Penggaris.
|
4.
|
Buku dan alat tulis.
|
Bahan.
1.
|
Biji kedelai.
|
2.
|
Tanah.
|
3.
|
Pasir.
|
4.
|
Merang.
|
E. Cara
Kerja.
1.
Menyiapkan
alat dan bahan.
2.
Menanam
25 biji kedelai ke dalam sebuah pot besar dan tidak ada pengamatan selama 2 hari
pertama.
3.
Memberi
nama polibek dengan angka 1-12.
4.
Mengisi
polibek 1-3 dengan tanah.
5.
Mengisi
polibek 4-6 dengan pasir.
6.
Mengisi
polibek 6-9 dengan tanah dan pasir.
7.
Mengisi
polibek 9-12 dengan merang.
8.
Memasukkan
tanaman kedelai yang sudah ditanam 7 hari sebelumnya ke dalam masing-masing
polibek.
9.
Mengamati
dan mencatat pertumbuhan tanaman kedelai dari hari ke 8 sampai hari ke 14.
10.
Memasukkan
data dalam tabel.
3. Pada medium tana h + pasir
, pertambahan tinggi tanaman kedelai lebih cepat dibandingkan
pada medium tanah, yaitu memiliki rata-rata
pertambahan tinggi sebesar 1,55 cm. Ini dipengaruhi oleh campuran unsur-unsur
hara yang terkandung dalam tanah dan pasir.
4. Pada medium merang, pertambahan tinggi
tanaman kedelai lebih cepat dibandingkan pada medium tanah, yaitu memiliki rata-rata
pertambahan tinggi sebesar 1,48 cm. Ini dipengaruhi oleh unsur-unsur hara yang
terkandung dalam merang seperti Karbon
(C), Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium
(Ca), dan Magnesium (Mg).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.
Dari
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tanaman kedelai lebih cepat tumbuh
pada medium tanah + pasir dibandingkan pada medium merang, medium tanah, dan
medium pasir. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh medium tanam terhadap
pertumbuhan tanaman kedelai.
B.
Saran.
Percobaan
ini hendaknya dilakukan berulang kali agar diperoleh hasil yang lebih valid.
DAFTAR PUSTAKA
·
Syamsuri, Istamar,
dkk.2007.Biologi Untuk SMA Kelas XII.Jakarta:Erlangga.
·
Sudjadi, Bagod dan Siti
Laila.2006.Biologi Sains Dalam Kehidupan.
Surabaya: Yudhistira.
·
Kirana, Candra dan
Idayu Ria Pramudyanti.2006.Kreatif
Biologi Untuk SMA/MA Kelas XII Semester Gasal.Klaten:Viva Pakarindo.
·
Internet.
terimakasih :)
BalasHapus